Minggu, 07 Juni 2009

Usaha Guru dalam Memperbincangkan Pembelajaran Matematika



Di dalam pembelajaran matematika peran guru masih sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai peserta didik. Dewasa ini dalam proses pembelajaran diharapkan dapat berorientasi pada student center bukan lagi teacher center. Maksudnya adalah, dalam pembelajaran matematika diharapkan siswa dapat memahami materi-materi pelajaran dengan usaha yang dilakukannya sendiri, tidak melulu mendapatkan informasi dari guru. Siswa harus mempunyai inisiatif dan inovasi untuk dapat memahami suatu pokok bahasan, dalam hal ini tentu saja yang berkaitan dengan matematika. Peran guru di sini adalah sebagai fasilitator untuk membelajarkan siswa, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tetapi bagi sebagian sekolah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa masih dirasa cukup sulit untuk dapat berjalan dengan lancar. Meskipun pembelajaran yang berpusat pada guru dipandang mempunyai kekurangan tetapi beberapa sekolah tidak dapat terlepas dari metode pembelajaran tersebut. Selain itu pembelajaran teacher center sudah menjadi perhatian oleh sebagian kalangan, berikut adalah beberapa kelemahan dari pembelajaran yang berpusat pada guru :

1. Guru melakukan pengajaran bukan pembelajaran. Guru yang seperti ini tidak mempunyai tujuan lain selain melakukan tugas rutin yang diembannya. Tidak punya keinginan memperbaiki cara mengajar, tidak mau terlibat lebih jauh dalam kegiatan pembelajaran. Ia menganggap tugasnya telah selesai begitu keluar dari kelas.
2. Berperan sebagai pentransfer pengetahuan. Guru hanya memberikan pengetahuan yang ia anggap penting bukan yang siswa anggap penting. Tidak berupaya menggali dan mendalami hal-hal menarik dari ilmu yang disampaikannya. Akibatnya siswa pun tidak tertarik terhadap matematika. Siswa akan menganggap matematika adalah mata pelajaran yang kering, membosankan, menjenuhkan, dan menegangkan.
3. Sebagai pemberi perintah/instruksi sedangkan siswa harus menuruti instruksi tersebut tanpa dapat menawar. Guru memberikan contoh soal kemudian memberikan soal latihan yang harus dikerjakan siswa sesuai cara atau contoh tadi. Siswa tidak diberi pilihan untuk mengerjakan atau memecahkan permasalahan dalam soal latihan menurut caranya sendiri. Siswa menjadi peniru, plagiat dan terbiasa berpikir mekanik. Ini membahayakan bagi kualitas jiwa dan membunuh kreativitas berpikir siswa.
4. Merasa puas dengan ilmu yang dimilikinya. Guru merasa sebagai satu-satunya orang terpandai di kelas. Ia akan merasa puas jika para siswanya tidak mempu mengerjakan soal dengan cepat, guru seperti ini senang bahkan mendapat kepuasan batin jika kening para siswanya berkerut, pusing memikirkan cara menyelasaikan soal yang guru berikan. Ia akan menjadi juru selamat dengan membahasnya di depan kelas dan menunjukkan bahwa gurulah yang paling hebat.
5. Anti kritik terhadap perubahan cara mengajar. Guru merasa terancam dan tersudut jika mendapat pertanyaan terhadap konsep yang telah diberikan kepada siswanya. Disaat guru tidak mampu menjawab pertanyaan siswa, ia akan mengeluarkan jurus pembelaan diri dengan mengatakan bahwa konsep atau cara tersebut sudah ada dari sananya atau dari dahulu, jadi tidak usah dipertanyakan lagi. Guru yang seperti ini juga akan merasa kesal jika mendapat kritik dari guru lain, apalgi yang lebih muda atau junior. Ia merasa sudah lebih berpengalaman dan tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengajar.

Guru yang memiliki kriteria tersebut tentu saja tidak akan dapat memajukan dan mencerdaskan peserta didiknya. Padahal jika kita ingat pepatah lama "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa", tentu saja tidak selalu relevan dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Sudah banyak terlihat bukti-bukti yang membuat pepatah tersebut hanyalah berupa kata-kata indah saja, tidak ada makna dibaliknya. Karena tentu saja tidak ada pahlawan yang akan membuat anak didiknya menjadi bingung atau bahkan tidak mengerti sama sekali dengan apa yang diberikan padanya. Padahal hal tersebut justru yang banyak terjadi saat ini. Hal utama yang perlu menjadi perhatian dari para guru adalah usaha guru tersebut dalam membelajarkan siswa untuk memcapai keberhasilan tujuan pembelajarn yang sudah direncanakan. Oleh karena itu metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran yang tepat merupakan salah faktor tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghapal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa (Setiawan,2005).
Untuk menciptakan situasi pembelajaran yang berpusat pada siswa guru harus mempunyai karakteristik kompetensi, diantaranya adalah sebagai berikut menurut Spencer dan Spencer (Hamzah B. Uno, 2007: 63) :

1. Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu. Guru haruslah mengetahui motif apa yang mendasarinya mengadakan pembelajaran. Motif guru ini diharapkan adalah untuk memandirikan dan mencerdaskan anak didiknya secara menyeluruh.
2. Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi. Begitu halnya dengan kontrol diri, emosional dan inisiatif lebih kompleks dalam merespon situasi secara konsisten. Kompetensi sifat ini pun sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan melaksanakan panggilan tugas sebagai seorang guru.
3. Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang. Contohnya kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan diri seseorang agar dia menjadi efektif dalam semua situasi adalah bagian dari konsep diri. Guru harus merasa percaya pada dirinya sendiri dilandasi dengan usaha dan kemauan belajar yang terus-menerus bahwa ia dapat memberikan dan melakukan yang terbaik untuk kegiatan pembelajaran bagi para siswanya.
4. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. Hal ini mutlak dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru. Guru saat ini dituntut untuk selalu memberikan inovasi-inovasi baru agar siswa tidak cepat merasa bosan. Guru juga jangan terpaku pada teks book yang sudah ada, tetapi harus senantiasa mencari informasi-informasi aktual yang dapat dikaitkan dalam proses pembelajaran. Dengan membicarakan peristiwa aktual akan membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan.
5. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik misalnya keterampilan membuat dan menggunakan alat peraga. Sedangkan kemampuan berpikir analitis dan konseptual adalah berkaitan dengan kemampuan mental atau kognitif guru.

Selain faktor dari guru masih banyak lagi faktor-faktor yang menjadikan pelajaran matematika dianggap sebagai momok oleh para siswa. Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa matematika adalah sesuatu yang susah dimengerti, mereka tidak sepenuhnya tahu esensi dari matematika itu sendiri. Berikut ini akan coba dipaparkan apakah matematika itu. Sebagai sesuatu yang sifatnya praktis, matematika merupakan ilmu tentang pola dan urutan. Matematika tidak membahas tentang molekul atau sel, tetapi membahas tentang bilangan, kemungkinan, bentuk, algoritma, dan perubahan. Sebagai ilmu dengan objek yang abstrak, matematika bergantung pada logika, bukan pada pengamatan sebagai standar kebenarannya, meskipun menggunakan pengamatan, simulasi, dan bahkan percobaan sebagai alat untuk menemukan kebenaran. Mathematical Sciences Education Board (1989, hal.51).
Matematika adalah ilmu tentang pola dan urutan. Gambaran sederhana yang sangat baik mengenai matematika ini dapat ditemukan pada Everybody Counts (MSEB, 1989; lihat juga Schoenfeld, 1992). Definisi ini menantang pandangan popular masyarakat terhadap matematika sebagai ilmu yang didominasi oleh perhitungan dan tanpa alasan-alasan. Ilmu pengetahuan adalah proses menggambarkan sesuatu atau memberi arti tentang sesuatu. Ilmu pengetahuan berawal dengan soal pada suatu situasi. Meskipun mungkin Anda tidak pernah memikirkannya, matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Menemukan dan mengungkap keteraturan atau urutan ini dan kemudian memberikan arti merupakan makna dari mengerjakan matematika.

Melibatkan diri dalam ilmu tentang pola dan urutan, dalam mengerjakan matematika, memerlukan banyak usaha dan waktu. Ada banyak ide yang dapat dipelajari. Ide-ide ini sering muncul dalam daftar "keterampilan dasar". Sebagai contoh, anak-anak harus dapat menghitung dengan benar, mengetahui fakta-fakta dasar untuk penjumlahan dan perkalian, mempunyai metode yang efisien untuk menghitung bilangan asli, pecahan dan desimal, mengetahui fakta-fakta pengukuran seperti berapa inci dalam satu kaki, mengetahui nama-nama bentuk geometri, dan sebagainya.

Ada kalanya guru-guru mendapatkan suatu moment yang menjadi tekanan selama masa mengajarnya. Yaitu di saat para siswanya akan menghadapi ujian baik ujian kenaikan ataupun ujian kelulusan. Saat itulah muncul pertanyaan yang akan menjadi topik yang hangat dibicarakan. "Apakah yang menjadi dasar dalam matematika ? " Pertanyaan itulah yang sering muncul untuk dapat memahami matematika secara praktis dalam waktu singkat. Padahal justru hal yang paling mendasar dalam matematika adalah matematika harus mudah dipahami dan masuk akal. Maksudnya di sini adalah setiap ide yang disampaikan di dalam ruangan kelas dapat dan harus dipahami secara lengkap oleh setiap siswa, tidak ada pengecualian. Jangan sampai ada siswa yang tidak memahami setiap bagian dari matematika. Semua anak mampu belajar bidang matematika yang kita inginkan, dan mereka dapat mempelajarinya sampai benar-benar paham.
Mengerjakan matematika perlu usaha dan inisiatif. Meskipun berfikir, memberi alasan, dan memahami dapat menyenangkan, tetapi hal-hal tersebut dapat juga tidak menyenangkan jika tidak ada yang menyarankan apa yang harus dikerjakan. Suasana kelas harus dibuat menyenangkan dan setiap siswa dihargai ide-idenya. Siswa harus merasa nyaman, tidak takut kalau berbuat salah. Peran guru di sini adalah memberi semangat kepada siswa untuk melakukan pengamatan, memberi kepercayaan dan memberi harapan. Dalam situasi seperti ini siswa diajak untuk mengerjakan matematika. Soal-soal diberikan kepada siswa dan siswa bekerja menyelesaikan soal. Tujuannya adalah siswa mengaktifkan siswa, menguji ide-idenya, membuat dugaan, memberi alasan dan menjelaskan hasil kerjanya. Para siswa bekerja secara berkelompok, berpasangan, atau secara individu, tetapi mereka selalu berbagi ide dan berdiskusi. Para siswa mempertahankan hasil kerjanya dan menguji kebenaran hasil kerjanya dengan menggunakan alasan-alasannya. Jika kegiatan seperti ini dapat dibiaskan dalam kelas maka akan tercipta pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga tujuan pembelajaran tidak hanya dapat terlaksana secara teoritis tetepi juga esensialnya dapat dirasakan.

Siswa juga sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, justru diharapkan peran siswa dalam proses pembelajaran harus lebih dominan. Diharapkan semua dari siswa, untuk siswa dan kembali lagi ke siswa. Guru di sini hanyalah berperan sebagai mediator dan fasilitator yang aktif. Sebagai siswa kita harus dapat menumbuhkan motivasi di dalam dirinya sendiri untuk selalu berusaha ke arah yang lebih baik. Siswa harus berpandangan ke depan, jangan hanya terpancang atau menerima begitu saja semua yang diberikan oleh guru. Siswa juga harus aktif dan lebih produktif dalam usaha untuk memahami materi pelajaran bukan hanya matematika tetapi untuk mata pelajaran yang lain juga harus dibudidayakan. Siswa saat ini diharapkan dapat lebih survive dalam mencari sumber belajar lain selain materi yang telah diberikan guru di sekolah. Mereka harus dapat mencari permasalahan yang kontekstual dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan sehingga mareka akan lebih mudah memahaminya. Bersama dengan guru ciptakanlah suasana kelas yang produktif untuk belajar matematika. Ciri-ciri kelas matematika yang produktif antara lain sebagai berikut :

1. Ide-ide yang muncul saat pembelajaran sangat penting. Para siswa dapat memiliki ide-ide mereka sendiri dan membaginya dengan yang lain.
2. Ide-ide harus dipahami bersama-sama di dalam kelas. Setiap siswa harus menghargai ide-ide dari temannya dan mencoba memiliki dan memahaminya. Setiap siswa juga berusaha mencapaikan ide mereka agar siswa yang lain juga dapat merealisasikan ide tersebut.
3. Kepercayaan harus dibangun dengan pemikiran bahwa membuat kesalahan tidak menjadi masalah. Para siswa harus menyadari bahwa kesalahan adalah kesempatan untuk berkembang.
Guru juga berusaha untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika,usaha yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Dalam tahap ini guru merancang dan menyusun sumber belajar yang efektif, efisien dan tepat yang sesuai degan minat, kondisi, dan karakteristik siswa yang heterogen. Menyusun skenario pembelajaran yang lebiah bervariasi, menentukan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa, menentukan alat dan sumber belajar yang tepat untuk proses pembelajaran. Selain itu guru harus melakukan penilaian yang sesuai denagn keadaan dan potensi siswa.
2. Tahap pelaksanaan
Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Guru berperan sebagai fasilitator, para siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam proses pembelajaran. Saat dibutuhkan guru harus selalu siap untuk memberikan penjelasan. Memberikan penghargaan atau pujian kepad siswa atas keberanian atau ide-ide yang dikemukaan di kelas. Hal tersebut akan memacu para siswa untuk meningkatkan potensi dirinya, dan memotivasi siswa yang lain.
3. Tahap evaluasi
Guru melakukan penilaian kepada para siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan. Selain itu guru membuat catatan-catatan kecil yang dirasa perlu untuk meningkatkan proses pembelajaran selanjutnya.
4. Refleksi
Menyimpulkan apa yang telah diperoleh dari proses pembelajaran. Siswa dapat memberikan komentar, pendapat, atau kritik terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Pendapat-pendapat tersebut akan berguna untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.

Keselarasaan antara guru dan siswa akan dapat menciptakan pembelajaran yang diinginkan yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kerja sama antara guru dan siswa di sini juga akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses. Guru harus mementingkan kebutuhan para siswanya bukan menjadikan siswa sebagai objek untuk sekedar menstransfer ilmu semata. Siswa juga diharapkan aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu siswa juga harus selalu berinisiatif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, selalu termotivasi untuk berfikiran maju. Dengan begitu akan tercipta suasana belajar matematika yang produktif.


Sumber :
Euis Kurniawati. 2008. Usaha Guru Melibatkan Siswa dalam Pembelajaran Matematika.http://myaghnee.blogspot.com/2009/01/usaha-guru-dalam-melibatkan-siswa-dalam.html.Diakses pada tanggal 29 mei 2009
Mandi. 2009. Bagaimana Menjadi Guru agar Disukai Siswa?.http://wandisukoharjo.wordpress.com/2009/02/21/bagaimana-menjadi-guru-matematika-agar-disukai-siswa/. Diakses pada tanggal 29 mei 2009
Euis Kurniawati. 2008. USAHA GURU DALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Antara Teori dan .... membantu siswa mengungkapkan dan memperbincangkan ide-ide matematika).http://myaghnee.blogspot.com/2008_12_07_archive.html. Diakses pada tanggal 29 mei 2009.

Kamis, 14 Mei 2009

FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF SEJARAH

Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti pohon. Kata ini memberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan “pohon” yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang dan berkesinambungan. Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran atau pesan-pesan sejarah di dalamnya memerlukan kemampuan pesan-pesan yang tersirat sebagai ibarat atau ibroh di dalamnya.

Menurut Muthahhari, ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling berkaitan, yaitu pertama, sejarah tradisional (tarikh naqli) adalah pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini. Kedua, sejarah ilmiah (tarikh ilmy), yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melalui pendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau. Ketiga, filsafat sejarah (tarikh falsafi), yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, ia adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudnya saja.

Sejarah dalam kerangka filosofis adalah sejarah dalam pengertian sebagai filsafat sejarah. Filsafat sejarah mengandung dua spesialisasi. Pertama, sejarah yang berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan menguasai semua kejadian dan seluruh jalannya sejarah. Usaha ini sudah dijalankan berabad-abad lamanya. Kedua, sejarah yang bertujuan untuk menguji serta menghargai metode ilmu sejarah dan kepastian dari kesimpulan-kesimpulannya.
Dalam kajian-kajian modern, filsafat sejarah menjadi suatu tema yang mengandung dua segi yang berbeda dari kajian tentang sejarah. Segi yang pertama berkenaan dengan kajian metodologi penelitian ilmu ini dari tujuan filosofis. Ringkasnya, dalam segi ini terkandung pengujian yang kritis atas metode sejarawan. Pengujian yang kritis ini termasuk dalam bidang kegiatan analitis dari filsafat, yakni kegiatan yang mewarnai pemikiran filosofis pada zaman modern dengan cara khususnya, di mana si pemikir menaruh perhatian untuk menganalisis apa yang bisa disebut dengan sarana-sarana intelektual manusia. Ia mempelajari tabiat pemikiran, hukum-hukum logika, keserasian dan hubungan-hubungan antara pikiran-pikiran manusia dengan kenyataan, tabiat, realitas, dan kelayakan metode yang dipergunakan dalam mengantarkan pada pengetahuan yang benar.
Dari segi yang lain, filsafat sejarah berupaya menemukan komposisi setiap ilmu pengetahuan dan pengalaman umum manusia. Di sini perhatian lebih diarahkan pada kesimpulan dan bukannya pada penelitian tentang metode atau sarana-sarana yang digunakan seperti yang digunakan dalam metode analitis filsafat. Dalam kegiatan konstruktif, filosof sejarah bisa mencari pendapat yang paling komprehensif yang bisa menjelaskan tentang makna hidup dan tujuannya.

Filsafat Sejarah adalah tinjauan terhadap peristiwa histories secara filosofis untuk mengetahui faktor-faktor kejadian pada masa lampau maupun masa kini.
Menurut Bertrand Russell, filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya tidak bisa dipastikan. Namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu. Semua pengetahuan definitif termasuk ke dalam sains. Semua dogma yang melampaui pengetahuan definitif termasuk ke dalam teologi.

Di antara teologi dan sains itulah terdapat wilayah yang tidak dimiliki oleh seorang manusia pun, yang tidak terlindung dari serangan di kedua sisinya. Wilayah tak bertuan ini adalah filsafat.

Filsafat, yang berbeda dari teologi, mulai berkembang di Yunani pada abad ke-6 SM. Setelah memasuki zaman kuno, filsafat kembali ditenggelamkan oleh teologi ketika agama Kristen bangkit dan Roma Jatuh. Periode kejayaan filsafat yang kedua, abad ke-11 hingga ke-14, didominasi oleh gereja Katholik, kecuali selama masa kekuasaan beberapa pemberontak besar, seperti Kaisar Frederick II (1195-1250).
Periode ini diakhiri dengan kebingungan-kebingungan yang berpuncak pada Reformasi. Beberapa filosof pada periode ini bercirikan ortodoks dari sudut pandang Katholik. Dalam pemikiran mereka, negara sekuler lebih penting daripada gereja (hlm. xvi). Ini merupakan penyakit jiwa, dan, dari titik ekstrem ini filsafat berupaya masuk ke dalam dunia akal sehat sehari-hari.
Filsafat sejarah tidak dapat dipisahkan dari rangkaian ilmu filsafat yang lainnya. Sejarah merupakan unsur dari masa lampau dan masa yang akan datang, begitu juga dengan filsafat. Filsafat selalu berkaitan dengan ruang dan waktu, jelas sekali bahwa filsafat juga merupakan unsur dari masa lalu dan masa yag akan datang. Oleh karena itu filsafat dan sejarah erat sekali hubungannya.

1.Sejarah Filsafat Pra Yunani Kuno
Berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun SM, disebut juga zaman batu, karena pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Selanjutnya pada abad ke 15 sampai 6 SM, manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk berbagai peralatan, yang pertama kali digunakan di Irak. Pada abad ke 6 SM di Yunani lahirlah filsafat, disebut the greek miracle. Beberapa faktor yang mendahului lahirnya filsafat di Yunani, yaitu:
a. Mitologi bangsa Yunani
b. Kesusastraan Yunani
c. Pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah sampai di Timur Kuno.

2. Yunani Kuno
Zaman Yunani Kuno merupakan awal kebangkitan filsafat secara umum, karena menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau tahyul yang irrasional. Selanjutnya, Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Terakhir Zaman Hellenisme, disebut sebagai zaman keemasan kebudayaan Yunani, dengan tokoh yang berjasa adalah Iskandar Agung (356 – 323 SM) dari Macedonia, salah seorang murid Aristoteles.

3. Zaman Pertengahan
Ditandai dengan tampilnya pada teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwannya hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancilla theologia atau abdi agama.

4. Zaman Renaissance
Renaissance berarti lahir kembali (rebirth), yaitu dilahirkannya kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir. Zaman ini menjadi indikator bangkitnya kembali independensi rasionalitas manusia, karena sudah tercatat banyaknya penemuan spektakuler, seperti teori heliosentris oleh Copernicus, yang merupakan pemikiran revolusioner, dan kemudian didukung oleh Johanes Kepler (1571 – 1630) dan Galileo Galilei (1564 – 1642).


5. Zaman Modern
Dikenal juga sebagai masa Rasionalisme, yang tumbuh di zaman modern dengan tokoh utama yaitu Rene Descartes (1596 – 1650) yang dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern, Spinoza (1633 – 1677), dan Leibniz (1646 - 1716). Descartes memperkenalkan metode berpikir deduktif logis yang umumnya diterapkan untuk ilmu alam.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat.
Beberapa tokoh di zaman modern antara lain adalah :Rene Descartes - Baruch de Spinoza- Blaise Pascal - Leibniz - Thomas Hobbes - John Locke - Georg Hegel - Immanuel Kant - Søren Kierkegaard - – Karl Marx- Friedrich Nietzsche - Schopenhauer

6.Kontemporer
Zaman Kontemporer, pada abad ke 20 hingga sekarang, bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Menurut Trout, fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta.
Uraian sejarah perkembangan ilmu pengetahuan diatas pembahasannya biasanya mengacu kepada pemikiran filsafat di Barat. Hal ini dapat mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan secara utuh karena dalam filsafat Barat unsur mitos dapat lenyap sama sekali dan menonjol dalam unsur rasio. Diawali dari periode filsafat Yunani yang penting dalam peradaban manusia, karena waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi lebih rasionil. Manusia menjadi lebih proaktif dan kreatif menjadikan alam sebagai objek penelitian dan pengkajian.
Sejarah filsafat merupakan metode yang banyak digunakan dan sangat penting dalam mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan. Sejarah filsafat juga merupakan subject matter dalam belajar filsafat yang merupakan alat untuk mengenal filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Dengan melihat sejarah sebagai suatu urutan kejadian yang saling berhubungan sehingga suatu kejadian tidak terjadi begitu saja dan diartikan sebagai fenomena tersendiri dan mencermati makna dibalik urutan kejadian pemikirannya, menjadikan sejarah sebagai suatu metode dalam mempelajari filsafat yang pada akhirnya dapat dipelajari ilmu pengetahuan secara mendalam.
Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang pada akhirnya dapat dinikmati dalam bentuk teknologi.
Beberapa tokoh dalam kontemporer antara lain adalah :
Michel Foucault - Martin Heidegger - Karl Popper -Bertrand Russell - Jean-Paul Sartre – Albert Camus - Jurgen Habermas - Richard Rotry- Feyerabend.
Sejarah mengungkapkan masa lalu dan masa yang akan datang. Begitu juga dengan filsafat, dalam filsafat juga dibahas tentang hakikat ruang dan waktu. Jadi filsafat erat sekali kaitannya dengan waktu yang itu berarti bahwa dalam filsafat juga dapat membahas tentang masa lalu dan masa yang akan datang. Filsafat dalam sejarah juga dapat dipandang sebagai ilmu dari semua hal yang mengungkapkan masa lalu dan masa yang akan datang. Sejarah dapat mengkaji materinya dalam sisi filsafat, karena filsafat bersifat terbuka dan dapat menggali berbagai hakikat. Filsafat sangat berguna dalam mengkaji ilmu-ilmu sejarah.

Rabu, 06 Mei 2009

Elegi Perbincangan Lingkaran

Oleh : Gadis Zhepa Devi

Titik 1 : Kenapa aku cuma seorang diri di sini ?

Titik 2 : Tidak, kamu tidak sendirian titik 1. Aku berada di dekatmu.

Titik 1 : Siapakah itu yang berbicara?

Titik 2 : Aku adalah titik 2, aku sama dengan dirimu titik 1. Tetapi aku tidak berada di tempatmu. Aku bisa saja berada di dekatmu atau mungkin jauh darimu. Aku bisa sejajar dengan mu atau mungkin bisa tegak lurus dengan mu.

Titik 1 : Jadi aku tidak sendirian di sini, aku mempunyai teman. Titik 2 kau adalah temanku.

Titik 2 : Ya, aku adalah temanmu titik 1.

Titik 1 : Lalu,apakah kita cuma berdua saja di sini ?

Titik 3 : Tidak, kalian tidak hanya sendirian. Aku berada di dekat kalian.

Titik 1 & 2 : Siapakah itu yang berbicara ?

Titik 3 : Aku adalah titik 3, aku sama dengan kalian titik 1 dan titik 2. Tetapi aku tidak berada di tempat kalian. Aku bisa saja berada di dekat kalian atau mungkin jauh dari kalian. Aku bisa sejajar dengan kalian atau mungkin tegak lurus dengan kalian.

Titik 1 & 2 : Jadi kami tidak hanya berdua di sini, kita mempunyai teman. Titik 3 kau adalah teman kami.

Titik 3 : Benar, aku adalah teman kalian titik 1 dan titik 2.

Titik 1 : Tetapi, apakah kita cuma bertiga saja di tempat ini ?

Titik 4 : Tidak, aku berada di dekat kalian jadi kalian tidak hanya bertiga.

Titik 1, 2 & 3 : Siapakah itu yang ikut berbicara?

Titik 4 : Aku adalah titik 4, maaf kalau kehadiranku mengagetkan kalian. Tetapi aku sebenarnya sudah berada di dekat kalian hanya saja kalian tidak menyadarinya.

Titik 1, 2 & 3 : Apakah benar kau berada di dekat kami ?

Titik 4 : Ya, aku berada di dekat kalian atau mungkin juga bisa berada jauh dari kalian. Aku sama dengan kalian, aku bisa sejajar dengan kalian atau mungkin tegak lurus dengan kalian.

Titik 2 : Berarti, kau adalah teman kami titik 4.

Titik 4 : Ya, aku adalah teman kalian.

Titik 3 : Lalu apakah kita hanya berempat saja ? Ataukah kita masih punya teman- teman yang lain seperti kita ini ?

Titik 1, 2 & 4 : Kami juga tidak tahu, mari kita tunggu saja!
……………………………………………………………………………………………….
Titik ke-n : Aku adalah teman kalian yang kesekian banyaknya. Sebelum aku tentu saja masih banyak teman-teman yang sama dengan kita. Tetapi mereka hanya menitipkan salam untuk kalian. Dan kalian harus menganggap keberadaan mereka, karena mereka memang sebenar-benarnya ada.

Titik 1, 2, 3 & 4 : Siapakah itu yang sedang berbicara ? Kenapa kau mengagetkan kami?

Titik ke-n : Maaf jika kehadiranku membuat kalian terkejut. Tetapi sebenar-benarnya aku sudah ada di sekitar kalian. Aku adalah titk ke-n.

Titik 3 : Titik ke-n ? Apakah kau adalah teman kami yang kami tunggu-tunggu.

Titik ke-n : Ya, akulah teman kalian. Aku sama dengan kalian. Aku berada di dekat kalian atau mungkin juga jauh dari kalian, yang jelas aku tidak berada di tempat kalian. Aku juga bisa sejajar dengan kalian atau mungkin juga tegak lurus dengan kalian.

Titik 2 : Akhirnya kita mempunyai banyak teman, sampai teman kita titik ke-n.

Titik 1 : Ya, kita mempunyai banyak teman tetapi sebenarnya kita semua ini berada di mana ?

Titik 2 & 3 : Benar juga, kita sebenarnya berada di mana ? Titik 4 dan titik ke-n apakah kalian tahu kita sebenarnya di mana ?

Titik 4 & ke-n : Kami juga tidak tahu berada di mana ?

Titik pusat : Kalian berada di bidang datar pada tempat kedudukan, yang masing-masing tempat kedudukan kalian mempunyai jarak yang sama dengan diri ku.

Titik 1 : Siapakah itu yang berbicara ?

Titik pusat : Aku adalah titik pusat. Aku adalah inti dari kalian semua, karena kalian tahu keberadaan kalian dengan adanya diriku.

Titik 2 : Jadi aku berada di bidang datar pada tempat kedudukan dengan jarak tertentu dari mu titik pusat ?

Titik pusat : Ya, benar sekali titik 2.

Titik 3 : Apakah aku juga berada di bidang datar pada tempat kedudukan dengan jarak tertentu dari titik pusat ?

Titik pusat
: Benar titik 3, kau juga berada di bidang datar pada tempat kedudukan dengan jarak tertentu dari ku. Jarak antara titik 2 dan aku, serta jarak antara titik 3 dengan ku adalah sama.

Titik 1 & 4 : Lalu apakah kami juga berada di bidang datar pada tempat kedudukan yang mempunyai jarak tertentu dengan dirimu titik pusat ?

Titik pusat : Ya, kalian juga berada di situ. Tepat seperti yang telah kalian sebutkan.

Titik ke-n : Bagaimana dengan diriku, apakah aku juga seperti mereka ?

Titik pusat : Ya, kau juga berada di bidang datar pada tempat kedudukan yang berjarak sama dengan jaraka antara aku dan titik yang lain.

Titik 3 :Tetapi titik pusat, apakah sebenarnya jarak antara kita ini ?

Titik pusat : Benar juga kau titik 3, aku bahkan tidak tahu apa jarak antara kita ini. Adakah diantara kalian yang mengetahuinya ?

Titik 1 & 2 : Kami tidak tahu, kalian titik 4 dan titik ke-n ?

Titik 4 & ke-n : Kami juga sama sekali tidak tahu.

Orang tua berambut putih : Jarak yang kalian bicarakan itu adalah jari-jari. Perkenalkanlah diri mu jari-jari !

Jari-jari : Perkenalkan aku adalah jari-jari. Aku adalah jarak antara kalian para titik, dari titik 1 hingga titik ke-n dengan titik pusat.

Semua titik : Wah, sekarang kami tahu apa itu jarak antara satu titik dengan titik pusat.

Titik pusat : Jari-jari, lalu apakah kamu tahu sebenarnya tempat kedudukan kita ini apa ?

Titik 1 & 2 : Benar sekali, kami juga bertanya-tanya. Apakah sebenarnya tempat kedudukan itu ?

Titik 3,4 & titik ke-n : Kami juga ungin mengajukan pertanyaan tersebut. Jari-jari apakah kamu tahu jawabannya ?

Jari-jari : Maafkan aku teman-teman jika membuat kecewa. Aku tidak tahu tempat kedudukan kita. Bagaimana jika kita berttanya kepada orang tua berambut putih ?

Semua titik : Setuju…..

Jari-jari : Orang tua berambut putih, apakah tempat kedudukan kami para titik yang mempunyai jarak yang sama terhadap titik pusat pada bidang datar ?

Orang tua berambut putih : Wah kalian sangat jeli rupanya. Tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama dengan titik tertentu atau titik pusat adalah LINGKARAN.

Semua titik : Jadi LINGKARAN

Jari-jari : Apakah lingkaran dapat memperkenalkan dirinya ?

Lingkaran : Ya, aku adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak (jari-jari) sama dengan titik tertentu (titik pusat) yang terletak pada bidang datar.

PEMIKIRAN PARA FILSUF DARI WAKTU KE WAKTU

Oleh : Gadis Zhepa Devi

Dalam sejarah, filsafat secara garis besar dapat digolongkan sesuai zaman atau era ke dalam kelompok sebagai berikut :
1. Filsafat Kuno/ Klasik
2. Filsafat Abad Pertengahan
3. Filsafat Modern dan Kontemporer
Di masa-masa tersebut munculah para filsuf yang menonjol dari masing-masing zaman. Tetapi pemikiran-pemikiran para filsuf saling mengisi antara yang satu dengan yang lain. Untuk mengetahui pendapat-pendapat para filsuf tersebut kurang lebih dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Filsafat Kuno
Filsafat kuno melahirkan filsuf-filsuf yang pemikirannya cukup menggebrak, diantaranya adalah:

a. Thales (624-546)
Berasal dari Mellitus, Thales digelari Bapak Filsafat karena dia adalah perintis dalam berfilsafat. Gelar tersebut diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang jarang diperhatikan orang lain apalagi di zaman sekarang. Pertanyaan tersebut adalah “Apakah sebenarnya bahan alam semesta ini?” Thales berpendapat bahwa bahan utama dari alam semesta ini adalah air.

b. Heraclitus (540-460)
Heraclitus berpendapat bahwa di dunia ini segala sesuatunya mengalami perubahan, tidak ada yang tetap. Untuk dasar dari alam semesta menerut Heraclitus berasal dari api. Heraclitus berpendapat bahwa api selalu bergerak dan berubah dan tidak tetap. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi keterangan dari sedalam-dalamnya adalah yang dapat bergerak atau berubah. Penyelidikan Heraklitus lebih mendalam dari pada para pendahulunya. Di sini dia mencoba member keterangan pada keterangan ada yang sebenarnya, ada menurut Haraclitus adalah tidak terdapat. Paham relativitas semakin mendasar setelah Heraclitus berpendapat bahwa alam semesta selalu berubah , sesuatu yang dingin bisa menjadi panas dan juga sebaliknya.

c. Permenides (540-?)
Permenides adalah tokoh relativisme yang penting, selain itu dia juga dikatakan sebagai lawan pertama dalam sejarah filsafat. Bahkan dapat disebut filsuf pertama dalam pengertian modern. Permenides mengatkui adanya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah-ubah serta pengetahuan mengenai yang tetap adalah pengetahuan indera dan pengetahuan budi. Pengetahuan indera tidak dapat dipercaya karena beberapa kali orang tidak dapat menemukan kebenaran dengan mengikuti inderanya. Menurutnya pengetahuan itu ada dua yaitu pengetahuan yang sebenarnya dan pengetahuan yang bersifat semu. Sebab itu yang dimaksud dengan realitas bukanlah yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacikuti inderanya. Menurutnya pengetahuan itu ada dua yaitu pengetahuan yang sebenarnya dan pengetahuan yang bersifat semu. Sebab itu yang dimaksud dengan realitas bukanlah yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam-macam melainkan yang tetap. Realitas bukanlah menjadi melainkan ada.

d. Socrates (470-399)
Ajaran Socrates dipusatkan pada manusia, ia mencari pengertian yang murni dan sebenarnya. Adapun caranya adalah dengan mengamati yang konkrit dan bermacam-macam objeknya maka timbul pengertian yang sejati itu. Itulah sebabnya Socrates harus bangkit dan menyakinkan orang-orang bahwa tidak semua kebenaran itu relative. Ada kebenaran yang umum dipegang oleh semua orang. Pemuda-pemuda Athena pada saat itu dipimpin oleh doktrin relativismedari kaum sofis, sedangkan Socrates adalah seorang penganut moral yang absolutdan meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan ide-ide rasional dan keahlian dalam pengetahuan. Socrates memulai filsafatnya dengan sesuatu yang berbeda dari pengalaman sehai dan keahlian dalam pengetahuan. Socrates memulai filsafatnya dengan sesuatu yang berbeda dari pengalaman sehari-hari. Akan tetapi ada perbedaaan yang amat penting antara sofis dan Socrates.

e. Plato (428-347)
Plato adalah seorang murid dan teman dari Socrates, memperkuat pendapat dari gurunya itu menurut Plato kebenaran umum itu bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif seperti Socrates. Pengertian yang umum itu sudah ada dalam ide. Bagaimana manusia mencapai ide. Menurut Plato jiwa manusia itu dahulu ada di dunia ide. Jiwa yang kenal akan ide dan sekarang bertemu dengan bayang-bayangnya, maka akan teringat akan ide yang dulu pernah dikenalnya. Jadi menurut Plato mencapai pengertian (ide) di dunia pengalaman ini tidak lain daripada ingat.

f. Aristoteles (384-322)
Ajaran Aristoteles tentang logika berdasarkan atas ajaran tentang jalan pikiran dan bukti. Jalan pikiran baginya berupa putusan dua yang tersusun sehingga melahirkan keputusan yang ketiga. Untuk menggunakan syllogismus dengan baik harus diketahui dengan benar sifat dari keputusan itu sendiri. Menurut Aristoteles yang sungguh-sungguh ada itu bukanlah yang umum, melainkan diri kita sendiri yang sebenarnya. Pendapat ini bertentangan dengan pendapat gurunya. Dunia ide rc

2. Filsafat Abad Pertengahan
Permulaan abad pertengahan dapat dimulai sejak Platinus yang selanjutnya diikuti oleh para filsuf lainnya.

a. Plotinus (205-270)
Filsafat Plotinus mendasarkan pendapat nya pada filsafat Plato terutama dalam ajarannya tentang idea tertinggi baik atau kebenaran. Itulah sebabnya maka filsafat Plotinus merupakan platonismme. Walaupun Plotinus mempergunakan istilah-istilah Plato dan mempergunakan juga dasar-dasar pikirannya, akan tetapi ia memajukan banyak banyak hal yang sebelumnya tidak diselikidi oleh filsafat Kuno (Yunani). Oleh Plotinus pikiran diarahkan pada Tuhan dan Tuhanlah yang menjadi dasar dari sesuatu.

b. St. Augustine (354-430)
Ajaran Augustinus lebih memperlihatkan system yang merupakan keseluruhan. Dalam logikanya Augustinus memerangi skeptic, menurut pendapatnya skeptis mengandung pertentangan dan kemustahilan. Skeptis menganjurkan serba keragu-raguan tentang segalanya. Menurut Augustinus dalam budi mencapai kebenaran dan kepastian. Kebenaran dan kepastian itu dipaparkan dengan putusan-putusan yang benar dan tidak berubah. Realitas itu harus rohani dan merupakan pesona sumber segala hidup dan berfikir.

c. Amselmus (1033-1109)
Menurut Amselmus budi dapat dipergunakan dan harus dipergunakan dalam keagamaan. Itu tidak berarti berarti bahwa budi saja dapat mencapai kebenaran keagamaan seluruhnya. Bahkan agama dan kebenaran dapat menolong budi, ssehingga demi kepercayaan orang mempunyai pengertian-pengertian lebih jelas. Hubungan budi dan kepercayaan dirumuskan oleh Anselmus sebagai “kepercayaan mencari budi”. Maksudnya adalah orang yang mempunyai kepercayaan agama itu mungkin lebih mengerti tentang sesuatu. Agama menolong dia untuk lebih mengerti tentang Tuhan, manusia dan dunia.

d. Thomas Aquinas (1225-1308)
Menurut Thomas Tuhan menciptakan segala sesuatu tanpa mempergunakan bahan. Oleh karena itu Tuhan Maha Baik, kebaikan yang sempurna maka segala sesuatu yang diciptakanNya juga baik. Dalam system Thomas memang boleh dikatakan ada dualisme dalam manusia, tetapi dualisme ini merupakan kesatuan bukanlah dualisme yang pararel. Jika kesatuann jiwa dan badan itu demikian erat maka dengan sendirinya tidak ada suatu pengetahuan masuk ke dalam akal jika tidak melalui badan lebih dulu. Bagi Thomas ini merupakan patokan yang sangat jelas.


3. Filsafat Modern dan Kontemporer
Yang menjadi dasar aliran baru ini adalah kesadaran atas individual dan konkrit. Yang utama ialah pengetahuan tentang satu per satu sebabb pengetahuan ini mencapai hal yang sebenarnya. Ilmu mempunyai objek satu per satu bukanlah umum. Adapun tokoh yang menjadi perhatian pada masa ini antara lain :

a. Francis Bacon (1561-1626)
Sebagai pejabat tinggi Bacon tidak terlalu mengutamakan kebenaran yang terpenting baginya adalah gunannya. Dengan demikian bagi Bacon cara mencapai pengetahuan itu segera Nampak dengan jelas. Pengetahuan itu dicapai dengan induksi, karena sudah terlalu lama Bacon terpengaruh oleh system deduktif. Dalam hidup ini orang masih juga mempergunakan hal-hal yang umum dan mutlak. Tetapi itu sebenarnya adalah sebuah kekeliruan, Bacon menyebut hal tersebut dengan istilah idol.

b. Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes adalah anak seorang pendeta yang tertarik pada kesusastraan dan filsafat, dia mengikuti nomensalisme. Bukanlah yang abstrak dan umum yang sungguh-sungguh ada. Pengertian umum itu hanya nama belaka, yang sesungguhnya ada ialah hal itu sendiri. Ada yang menyebut Hobbes sebagai aliran sensualisme karena dia mengutamakan indera dalam pengetahuan. Tetapi dalam hal ini dapat dianggap salah oleh kaum empirisme yang mengatakan bahwa hubungan dengan indera itulah yang menjadi pangkal dari pengetahuan.

c. Immanuel Kant (1724-1804)
Pada awalnya Immanuel Kant menganut rasionalisme tetapi karena terinspirasi oleh Hume dia akhirnya menganut empirisme. Meskipun begitu empirisme tidak diterimanya begitu saja karena diketahui bahwa empirisme membawa keragu-keraguan dalam budi. Kant mengakui kebenaran ilmu, dia mengakui bahwa budii dapat mencapai kebenaran. Ada syarat-syarat untuk mencapai kebenaran tersebut. Maka Kant menyelidiki pengetahuan budi serta akan diterangkan apa sebabnya pengetahuan budi tersebut ada. Itulah sebabnya aliran ini disebut kriticisme. Pengetahuan dipaparkan dengan keputusan maka itulah yang diselidiki terlebih dahulu mengenai sifat-sifat keputusan. Keputusan merupakan rangkaian pengertian subjek dan predikat. Rangkaian itu mungkin analistik yaitu jika predikatnya sudah tercantum dengan mengikuti subjeknya. Tetapi keputusan yang analitik itu sebenarnya bagi subjek tidak menambah sesuatu yang baru. Keputusan sintetik ini dicapai orang melalui pengalaman, setelah ada pengalaman orang dapat membuat keputusan. Adapun keputusan analitik diambil setiap individu tidak melalui pengalaman cukup dengan menganalisa saja.

d. Auguste Comte (1798-1857)
Menurut Comte supaya tercipta masyarakat baru yang teratur, haruslah terlebih dahulu diperbaiki jiwa atau budinya. Adapun budi tersebut mengalami tiga tingkatan dan tingkatan tersebut terdapat dalam hidup manusia dan sejarah manusia. Tingkat pertama adalah teologi yang menerangkan segalanya dengan pengaruh dan sebab yang melebihi kodrat. Tingkat kedua adalah metafisika yang hendak menerangkan segala sesuatunya melalui abstraksi. Tingkat ketiga yaitu positif yang menghiraukan yang sebenarnya serta sebab akibat yang sudah ditentukan. Saat ini haruslah menggunakan ilmu secara positif, dan yang bersifat tidak positif haruslah kita tinggalkan.




Sumber :
Prof.I.R.Poedjawijatna.2002.Pembimbing ke Arah Alam Filsafat.Jakarta:Rineka Cipta.

Rabu, 11 Maret 2009

REFLEKSI PENDAHULUAN FILSAFAT

Filsafat adalah ilmu yang cakupannya sangat luas. Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu falsafah, atau dalam bahasa Yunani yaitu philosophia -philein yang artinya cinta dan shopia : kebijaksanaan. Jadi dapat dikatakan filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Secara termologi pengertian filsafat sangat beragam. Berikut arti filsafat menurut beberapa filsuf :
1. Plato
Filsafat adalah pengatahuan yang berminat untuk mencapai pengetahuan kebenaran yang asli
2. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengatahuan yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, politik, ekonomi, etika, dan estetika.
3. Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud hakikat yang sebenarnya.
4. Cicero (106- 43 SM)
Filsafat adalah ibu dari semua seni, beliau juga mendefinisikan bahwa filsafat adalah seni kehidupan
5. Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengatahuan yang ada
6. Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakikat.

Dari semua pengertian filsafat secara termologi tersebut dapat dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat dari sesuatu.

Melihat pengertian- pengertian di atas hanyalah memberi gambaran kepada kita apa sebenarnya filsafat secara luas belum masuk ke dalam inti filsafat itu sendiri. Secara formal filsafat terdiri atas tiga ruang lingkup, yaitu :
1. Hakikat
2. Metode
3. Manfaat
Filsafat akan membahas hakikat dari semua yang ada di alam semesta ini, dengan menggunakan metode hermeneutika kita akan mengungkapkan hakikat dari sesuatu sehingga ditemukan manfaatnya. Hermeneutika sendiri adalah diterjemahkan dan menterjemahkan. Kita harus dapat menterjemahkan diri kita sendiri untuk menemukan hakikat diri kita, begitu juga sebaliknya kita juga dapat diterjemahkan oleh filsafat guna menemukan hakikat kita yang sebenar-benarnya. Hakikat itu sendiri selalu berkaitan dengan ruang dan waktu. Kita yang tadi, dengan kita yang saat ini dan nanti dalam filsafat bisa dipandang secara berbeda. Begitu juga dengan kita yang berada di sini ataupun kita yang berada di tempat lain dalam filsafat juga dapat berarti berbeda. Jadi kita tidak dapat memehami hakikat diri kita sendiri, jika kita tidak memahami hakikat ruang dan waktu.

Objek dari filsafat dalah segala sesuatu yang ada di alam ini, tidak terbatas hanya pada makhluk hidup saja tetapi benda-benda mati juga dapat menjadi objek dalam filsafat. Objek filsafat bersifat intensif dan ekstensif. Bahkan ilmu jaga dapat menjadi objek dalam filsafat. Semua golongan dapat mendefinisikan ilmu berdasarkan pengatahuan dan cara pandan mereka. Jadi pengertian ilmu sangatlah luas seluas oranga-orang yang menterjemahkannya. Itulah sebenar-benarnya kita menterjemahkan dan kita diterjemahkan. Rene Decrates berkata "Aku berfikir maka aku ada". Jelas dengan pendapat tersebut kita harus terus berfikir untuk dapat menterjemahkan ilmu, diri kita sendiri, bahkan segala sesuatu dapat kita terjemahkan dan kita peroleh hakikatnya jika kita tidak berhenti berfikir. Karena jika kita berhenti berfikir maka sebenar-benarnya kita tidak ada di dalam ruang dan waktu. Di dalam filsafat kita juga dapat mengetahui estik dari sesuatu, yaitu yang benar dan salah. Dan juga kita dapat mengetahui estika dari sesuatu yaitu yang baik dan buruk.

Dari deskripsi di atas jelas terlihat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan ) yang sangat luas bahkan lebih luas dibanding ilmu pengetahuan itu sendiri. Kita dapat menemukan segala sesuatu dalam filsafat, kita dapat mendefinisikan segala sesuatu dalam filsafat. Hingga kita dapat menemukan hakikat dan manfaat semua yang ada di alam ini dengan filsafat. Tetapi kita juga haruslah terus berfikir untuk mencari kebenaran dari semua perkataan yang telah ada. Kita haru membuat tesis, antitesis, dan melakukan sintesis untuk dapat menemukan kebenaran tersebut. Jangan sampai kita termakan oleh mitos-mitos yang kita buat sendiri. Karena sebenarnya musuh besar dalam filsafat adalah mitos. Jadi kita tidak boleh berhenti berhenti berfikir, karena jika berhenti berfikir berarti kita juga berhenti mencari kebenaran. Di samping itu kita juga harus mendasari diri kita dengan iman dan takwa kepada Tuhan YME dalam mempelajari filsafat.




Jumat, 06 Maret 2009

FILSAFAT, apa sich????

filsafat tuh apa sich? Itulah pertanyaan pertama yang muncul di kepalaQ. Saat ngambil mata kuliah ini q juga bingung ntar kayak apa ya,materi2nya.
Apakah filsafat hanya diperuntukan bagi para pujangga?
Apakah filsafat hanya diperuntukkan bagi para sastrawan?
Apakah filsafat hanya diperuntukkan bagi para penyair?
Apakah filsafat hanya diperuntukkan bagi para pejabat?
Apakah filsafat hanya diperuntukkan untuk para kaum elit?
Apakah filsafat hanya diperuntukkan bagi para kaum berpendidikan?
....................Lalu bagaimana dengan para................................................
orang-orang di kolong jembatan
orang-orang di pinggir jalan
orang-orang di emperan toko
kuli panggul di pasar
pemungut sampah
pengemis BAHKAN anak-anak jalanan
Apakah mereka subjek atau objek dalam berfilsafat, ataukah mereka adalah subjek sekaligus objek dalam filsafat?
Jawaban dari semua itu akan AQ temukan setelah aq tau siapa diriku sebenarnya dalam FILSAFAT....(^-^)v